ArticlePuisi

Lies Wijayanti Penyair Yang Sembunyi Akhirnya Tampil

Lies WijayantiLies Wijayanti, yang menyelesikan Ph.D Flowering Physiology di Universitas Saitama, Jepang, dalam kesibukan keseharian, tak mengabaikan dunia sastra, khususnya puisi. Sejak akhir dekade 1970-an dia sudah aktif menulis puisi. Hanya saja Lies tidak mempublikasikan puisinya secara gencar di media cetak.

Sebagai penyair, Lies Wijayanti mungkin namanya belum terlalu dikenal di dunia kepenyairan di Indonesia, tetapi bukan berarti dia tidak menulis puisi. Sejak akhir dekade 1970-an dia sudah aktif menulis puisi. Hanya saja Lies tidak mempublikasikan puisinya secara gencar di media cetak, yang pada waktu itu memberi ruang bagi karya-karya sastra.

Sampai hari ini, Lies Wijayanti tidak berhenti menulis, bahkan puisinya yang ditulis selama ini dikumpulkan menjadi satu buku dan diberi judul ‘Mozaik”. Antologi puisi ini, Jumat malam 3 April 2015 dilauncing pada acara Sastra Bulan Purnama Tembi Rumah Budaya edisi ke-43. Lies yang tinggal di Jakartra, bergabung dengan para penyair lainnya, yang hadir dalam acara ini.

Wajah Lies tampak bahagia. Hujan yang begitu deras sejak awal acara tidak menjadi kendala bagi publik Sastra Bulan Purnama. Mereka hadir dan di tengah guyuran hujan, menikmati puisi demi puisi yang dibacakan, sembari menikmati hangatnya bakmi Jawa Tembi, yang memang dipesan khusus oleh Lies untuk tamu-tamu yang hadir.

Puisi, Lies dan hujan hadir dalam suasana puitis nan akrab. Rembulan, yang biasanya hadir di bulan purnama dan menghiasi acara Sastra Bulan Purnama, pada malam itu tak tampak, karena langit ditutup mendung dan hujan. Namun, justru karena hujan, puisi malah menghangatkan suasana.

Lies Wijayanti sendiri tampil membaca dengan penuh ekspresif. Lies seperti sudah terbiasa membaca puisi, Ekspresi wajahnya dan gerak tangan, menandakan Lies menghayati puisi yang dibacakan. Dua puisi yang dia bacakan, memberikan impresi pada penampilannya.

Lies Wijayanti tampil membaca puisi dalam acara Sastra Bulan Purnama di Pendapa Tembi Rumah Budaya, foto: Ons Untoro
Lies Wijayanti membacakan karyanya

Pada buku antologi puisi karya Lies Wijayanti, berisi puisi yang diberi ilustrasi. Ada goresan bunga, seekor angsa, kendi dan juga wajah diri Lies Wijayanti. Kedua karya ini disatukan dalam antologi, bukan yang satu untuk melengkapi yang lain, tetapi keduanya saling mengisi dan memaknai.

Lies Wijayanti, yang menyelesikan Ph.D Flowering Physiology di Universitas Saitama, Jepang, dalam kesibukan keseharian, tak mengabaikan dunia sastra, khususnya puisi. Berikut ini salah satu puisi karya Lies Wijayanti.

Angsa Putih, Edelweiss Putih, Aku Rindu

Malam, dalam pekat menyalak
Dalam sepi tersentak!
Samar deru motor dan gelepar kupu-kupu
Dengung lampu mengiang maya
Tanpa suara parau
Tanpa depak sayap

Malam,
angsa putih
edelweiss putih
aku rindu!

Bogor, Mei 1980

Naskah dan foto: Ons Untoro
Sumber: Tembi.net

Related Articles

Back to top button
Close
Pendampingan Menulis Buku